Implementasi Smart City di Kota Bandung, Denpasar dan
Surabaya
A. KOTA
KEMBANG KOTA CERDAS
Pemerintah Kota Bandung berupaya menyelesaikan masalah-masalah di
kotanya dengan solusi yang juga kreatif yaitu menjadikan Bandung sebagai KOTA
CERDAS. Dikomandoi oleh pemimpin berjiwa kreatif, Ridwan Kamil
dipercaya sebagai pemimpin di Kota Kembang dan terpilih di tahun 2013. Pria
yang memiliki latar belakang sebagai arsitek kelahiran kota kembang dengan
prestasi kelas dunia ini. Menerapkan beberapa kebijakan dengan
mensosialisasikan segala kebijakan dengan menggunakan teknologi informasi
melalui media sosial, yaitu Twitter dan Facebook. Program-program yang
dilakukan, antara lain:
1.
Gebrakan awal dengan mewajibkan seluruh SKPD (Satuan
Kerja Pemerintah Daerah), camat dan lurah di Bandung untuk memiliki akun
Twitter. Ini adalah kiat Ridwan Kamil merevolusi cara berkomunikasi antara
pemerintah dan warga supaya ada saluran komunikasi langsung yang terbuka setiap
saat.
2.
Kanal YouTube resmi
Pemkot Bandung yang dikelola Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota
Bandung, menghimbau agar tiap aktivitas pemerintah diabadikan dalam wujud
foto/video, misal program perbaikan jalan, penertiban lalu lintas dan razia
oleh aparat bisa dilihat di akun Twitter SKPD bersangkutan ataupun melalui
kanal You Tube
3.
Mendirikan ruang lingkup Smart city yang
mencakup antara lain bidang transportasi, kesehatan, pendidikan, energi, e-governement,
lalu lintas, e-payment, dll.
4.
Melatih jajaran aparat yang lebih smart dan tech-oriented,
serta memulai inisiatif open government. Bekerjasama dengan pihak
swasta dalam penyediaan jalur fiber opticdan bandwidth internet.
Saat ini jaringan sudah terhubung ke seluruh kantor SKPD dan beberapa kamera
CCTV milik Pemkot.
5.
Bandung telah mewujudkan pusat kendali kota yaitu
Bandung Command Center (BCC), mencontoh kisah sukses manajemen kota Seoul,
ibukota Korea Selatan. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan
akses yang cepat dan efisien kepada masyarakat untuk memberikan bantuan
terhadap permasalahan kota, secara 24 jam, dimana saja dalam wilayah
pemerintahan Kota Bandung. Hal
tersebut dimungkinkan karena di ruangan yang desainnya mirip kokpit pesawat
Star Trek ini, banyak sekali data yang bisa diakses. Misalnya laporan dan opini
warga dari aplikasi dan media sosial, pantauan kamera CCTV dari jalan raya,
peta kondisi lalu lintas, GPS trackeruntuk melacak posisi kendaraan
dinas, maupun data-data internal dari semua SKPD.
KONSEP Smart City Bandung
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan konsep smart city ini bertujuan untuk
mempermudah segala urusan dengan dukungan konektivitas tinggi dari pemanfaatan
teknologi informasi (TI).
Konsep ini, pertama kali
diterapkan di ‘Kota Kembang’. Salah satu penerapan smart city adalah layanan
akses internet di taman-taman kota. Fasilitas itu akan menarik warga untuk
berkunjung ke taman. Dengan demikian, fungsi taman sebagai ruang publik pun
akan kembali dengan sendirinya. Fasilitas serupa juga dibangun di tempat-tempat
ibadah, seperti masjid, gereja dan lainnya. Cara seperti ini akan memudahkan
masyarakat dalam mengakses internet meski sedang beribadah. Selain akses
penyediaan akses internet di ruang publik, pihaknya juga berencana menerbitkan
kartu pintar. Kartu ini salah satunya bisa digunakan masyarakat untuk membayar
tarif trasportasi seperti angkot, bus, dan lainnya.
Demi mendukung sistem
pembayaran ini, pihaknya akan terlebih dulu melakukan penataan angkot.
Pembangunan sektor transportasi di Kota Bandung juga ada ditunjang dengan
pengadaan bus ukuran 3/4 serta Monorel. Selain itu, pihaknya juga akan
menerbitkan kartu yang digunakan untuk membayar tarif parkir. Nantinya, petugas
parkir akan memiliki smart phone untuk mendeteksi dan mengurangi saldo pemilik
kartu tersebut.
Bandung Smart city adalah
konsep sebuah kota yang memiliki koneksi terintegrasi dalam berbagai bidang
hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi dalam pengelolaan kota, dari
permasalahan penanggulangan kemacetan, penumpukan sampah, perbaikan jalan
rusak, mengetahui kontur tanah suatu daerah, apakah daerah tersebut cocok untuk
didirikan bangunan atau sebagai lahan pertanian.
Langkah Bandung dalam Mengimplementasikan Smart City
Saat
ini, pemanfaatan teknologi informasi sudah semakin luas. Tidak lagi hanya
digunakan untuk perangkat PC atau smartphone saja, teknologi informasi juga sudah
mulai masuk ke berbagai sektor lainnya. Biasanya, pemanfaatan teknologi ini
sering disebut dengan terminologi smart.
Contohnya smart TV, smart
car, smart home,
dan lain sebagainya. Penggunaan kata smart menggambarkan bahwa objek tersebut
terintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga bisa menjawab
berbagai masalah yang ada dan melakukan lebih banyak hal untuk mendukung aktivitas
penggunanya.
Tidak mau kalah, pemanfaatan
sistem dan teknologi informasi pun kini sudah masuk ke ranah pemerintahan. Saat
ini, teknologi informasi mulai digunakan untuk layanan perkotaan atau lebih
dikenal juga dengan istilah smart
city. Beberapa contoh kota yang telah menjalankan program smart city adalahAmsterdam, Barcelona, Stockholm, danSouthamptonPada tahun 2014, Frost & Sullivan mengidentifikasi delapan aspek dari smart city.
Delapan aspek tersebut yakni smart governance, smart energy,
smart building, smart mobility, smart infrastructure, smart technology, smart
healthcare, dan smart citizen. Kota yang pintar adalah kota yang
mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek
tersebut. Salah satu kota di Indonesia yang menjadi kandidat kuat sebagai smart citypertama di tanah
air adalah Bandung.
Kota Bandung serius ingin menjadi smart city
Di
bawah kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil, kota Bandung terlihat sangat serius
membawa jargon smart city.
Sebenarnya proyek IT di Bandung sudah ada sejak lama. Berbagai proyek pengadaan
dan pengembangan teknologi informasi sesungguhnya sudah dilakukan dari era
pemerintahan sebelumnya. Dengan membawa jargon Bandung Smart City, sepertinya Ridwan
Kamil tengah mencoba untuk meningkatkan kesadaran serta dukungan dari berbagai
pihak terkait pentingnya smart
city.
Saat ini kota Bandung memiliki
Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas atau biasa disebut dengan Dewan Smart
City. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen yang ada di masyarakat kota
Bandung maupun pemerintah kota Bandung. Beberapa nama yang terlibat adalah
Ilham Habibie yang juga Ketua Pelaksana Dewan TIK Nasional, Prof. Dr. Ir.
Suhono H. Supangkat yang menginisiasi Smart
City Initiatives Indonesia,
Budi Rahardjo dosen ITB yang juga aktif di komunitas Startup Lokal, hingga
perwakilan dari komunitasstartup di
Bandung yakni Yohan Totting dari Forum Web Anak Bandung (FOWAB).
Pendekatan yang dilakukan oleh
Ridwan Kamil selaku walikota memang merupakan pendekatan berbasis komunitas dan
gotong royong. Banyak pihak yang diajak berkolaborasi untuk mewujudkan Bandung
Smart City mulai dari komunitas, universitas, swasta, hingga negara-negara
asing untuk menjadisister city atau
kota yang diajak untuk menjalin kerja sama secara intensif di berbagai sektor.
Program yang sudah berjalan
Program
yang dijalankan olah kota Bandung untuk mewujudkan BandungSmart City pun sudah sangat banyak. Ada
program-program yang fundamental seperti perbaikan fasilitas internet bagi
seluruh kantor dinas, perapihan kabel-kabel di kota Bandung, pembentukan Dewan
Smart City sebagai penasihat pemerintah kota dalam membangun smart city, dan lain
sebagainya.
Selain itu, ada juga program
populis yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi dari
masyarakat seperti update harga pasar, pengawasan secara real time proyek-proyek pembangunan yang ada di
kota, dan pengawasan titik-titik kemacetan yang langsung terhubung denganCommand
Center. Bekerjasama dengan X-Igent, baru-baru ini pemerintah kota Bandung
juga meluncurkan aplikasi mobile Panic Button untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat di kota ini.
Kombinasi program monumental
dan populis dengan program pembangunan infrastruktur yang fundamental inilah
yang membuat perkembangan smart
citydi Bandung terbilang pesat dan positif. Secara kasat mata, masyarakat
dan media bisa melihat langsung wujud dari Bandung Smart City sehingga
mendapatkan dukungan yang baik. Lalu di belakang itu, pemerintah juga masih
tetap membenahi berbagai sektor yang mungkin tidak terlihat tapi penting untuk
kemajuan kota Bandung.
Dukungan berbagai elemen
Kepedulian masyarakat Bandung terhadap terwujudnya Bandung Smart City terbilang
sangat tinggi. Kota Bandung mendapatkan banyak sekali dukungan dan proyek kerja
sama dari berbagai pihak. Insitut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, sudah
menandatangani perjanjian kerja sama (MoU) untuk mendukung pembangunan Bandung Smart City bersama
dengan Telkomsel pada 16 Agustus 2014 lalu.
ITB juga memiliki laboratorium
Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) yang memang mendedikasikan
program-program penelitiannya untuk kemajuan kota Bandung. Salah satu contohnya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Ventje Jeremias, peneliti di Laboratorium
SCCIC di bawah bimbingan Prof. Suhono Harso Supangkat yang sedang menempuh S3
di ITB.
Ventje kini tengah meneliti
pemanfaatan Internet of
Things yang modulnya bisa
digunakan untuk middleware
platform Smart City. Sederhananya, platform ini merupakan sebuah sistem software yang dapat menghubungkan dan
mengintegrasikan berbagai aplikasi yang kompleks dan arsitektur yang berbeda
secara bersama-sama.
Bandung
Command Center yang saat ini dimiliki oleh kota Bandung juga merupakan
kolaborasi dari berbagai pihak. Bandung Command Center merupakan hasil
kolaborasi antara pemerintah kota Bandung dengan IBM dan Lembaga Afiliasi
Penelitian Industri (LAPI) ITB. Saat ini, Bandung Command Center berfungsi
sebagai pusat terkumpulnya data-data terkait dengan kebutuhan Bandung Smart
City. Mulai dari SKPD, data dari masyarakat, sampai data dari internal ke luar,
akan dipusatkan di sini. Aplikasi Panic Button Bandung juga terhubung langsung
dengan Bandung Command Center.
Tak
ketinggalan, vendor asal Cina Huawei ikut mendukung program ini dengan
nama Safe City yang
mencakup e-government, e-ticketing dalam sistem transportasi,
rumah dengan teknologi terintegrasi, dan layanan darurat lainnya.
Dukungan
dari komunitas yang ada di Bandung terhadap Bandung Smart City juga bisa
dibilang sangat tinggi. Contohnya adalah komunitas Code4Bandungyang
dipimpin oleh Pandu Kartika. Komunitas ini berfokus mempromosikan kolaborasi
masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan kota dengan
memanfaatkan teknologi informasi.
Program
Code4Bandung sangat bervariasi, dari mulai advokasi dan pendampingan open data
di pemerintah, aktivasi komunikasi dua arah masyarakat-pemerintah dengan forum
dan diskusi, pembangunan aplikasi (civic technology), kampanye
partisipasi publik, dan berbagai usaha lain untuk meningkatkan kolaborasi
masyarakat dan pemerintah.
Tantangan
yang harus dihadapi
Bagaimanapun,
mewujudkan Bandung Smart City bisa dibilang bukan merupakan perkara yang mudah.
Ada banyak sekali rintangan yang harus dihadapi terkait dengan banyak sektor.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah permasalahan terkait
infrastruktur, koordinasi, dan sumber daya manusia.
Terkait
infrastruktur, selain dari sisi pembangunannya, masih ada banyak masalah yang
perlu dibenahi. Salah satu isu yang cukup penting adalah masalah kabel yang
menjadi infrastruktur komunikasi utama masyarakat yang saat ini masih
berantakan. Layanan internet bagi masyarakat juga belum merata dan optimal.
Padahal, infrastruktur merupakan hal yang paling fundamental karena ketika
infrastruktur sudah rapi, pembangunan yang ada “di atasnya” bisa dilakukan
dengan cepat.
Isu lainnya yang menjadi tantangan adalah koordinasi.
Ini merupakan masalah klasik yang sering terjadi di banyak sektor, baik itu
pemerintah, bisnis, akademik, maupun komunitas. Diperlukan koordinasi yang baik
sehingga setiap elemen yang berpartisipasi dan berkolaborasi di dalam
pembangunan Bandung Smart City bisa memberikan kontribusi yang maksimal.
Untungnya, Bandung merupakan salah satu kota yang cukup terkenal dengan konsep
gotong royong dan mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Dengan adanya Dewan Smart City, harapannya tantangan ini bisa teratasi dengan
baik.
Tantangan selanjutnya adalah masalah sumber daya
manusia. Penggunaan teknologi informasi bagi generasi saat ini bisa dibilang
sangatlah mudah dilakukan. Lain halnya dengan generasi sebelumnya. Ini tentu
menjadi tantangan tersendiri untuk menyiapkan tidak hanya pegawai di
pemerintah, tapi juga masyarakat di kota Bandung untuk bisa memahami konsepsmart
city dan memanfaatkan sistem yang ada.
Semoga tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi dengan baik
oleh pemerintah kota Bandung, serta pihak-pihak yang mendukung proyek ini.
Bandung memiliki modal yang sangat bagus untuk mewujudkan smart city di Indonesia. Didukung dengan walikota
yang “melek” teknologi dan cakap dalam menjalankan tugasnya, Bandung memiliki
banyak sekali komunitas baik itu komunitas IT maupun kreatif yang siap
mendukung Bandung Smart City. Dari sisi edukasi, kota ini juga memiliki banyak
universitas ternama yang siap mendedikasikan akademisinya untuk meneliti kota
Bandung.
1. Bandung
- Telah
terdapat 5000 wifi disetiap ruang public
- pelayanan
public lewat jaringan sosial media seperti twitter
- setiap
dinas memiliki data digital
- kartu
parkir berbayar
- smart
goverment dengan mengupgread sistem di pemerintahan dari paper ke
paperless dengan sistem informasi yang user frendly
- Bandung
akan punya kota pintar yang akan dinamai Bandung Technopolis seluas 400
hektar. Kota pintar di Gede Bage itu nantinya akan menjadi prototipe
penerapan smart city di Indonesia
B. Smart City
di Kota Denpasar
Smart City Nusantara yang dibuat oleh Telkom Indonesia ditujukan kepada
Pemerintah Daerah, dimana Pemerintah Daerah dapat mengembangkan serta
mengimplementasikan konsep smart city secara baik dan benar namun tidak
meninggalkan ciri khas daerah atau kearifan lokal dan budaya setempat.
Berbagai permasalahan yang ada dalam tata kelola suatu kota seperti
kemacetan, limbah, kriminalitas, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan
pemerintahan yang memungkinkan turunnya kualitas kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, Smart City Nusantara sebagai solusi dari
Telkom Indonesia hadir untuk menciptakan kota yang cerdas. Dalam Smart City
Nusantara ada tiga komponen penting yakni,
1. Smart Connectivity
Infrastruktur dasar smart city yang menghubungkan
pemerintah pusat dengan unit-unit dibawahnya seperti SKPD, Kecamatan,
Kelurahan/Desa, puskesmas, dan instansi terkait lainnya.
2. Smart Solution
Terdapat tujuh item didalamnya yakni Smart Government,
Smart Environment, Smart Healt Care, Smart Transportation, Smart Education,
Smart Security, dan Smart Citizen.
3. Smart User
Sebuah layanan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada
warga masyarakat baik yang bersifat personal, publik, maupun
institusi/komunitas.
Sementara Walikota, I.B Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Kadis Kominfo
Kota Denpasar, Dewa Made Agung dan Kasubag Pemberitaan Humas Setda Kota
Denpasar, Dewa Gede Rai, menyambut baik program Smart City Nusantara ini.
Menurut Rai Mantra dalam mengelola problematika Kota, kemajuan teknologi informasi
harus terus dikembangkan, karena dengan memanfaatkan teknologi disamping dapat
mempercepat pelayanan juga untuk transparansi.
Lebih lanjut Rai Mantra mencontohkan, dalam jajaran pemerintahan pendekatan
Smart City dengan memanfaatkan TIK dalam meningkatkan koordinasi dan komunikasi
dari tingkat kepala dusun/kaling, hingga ditingkat SKPD Pemkot Denpasar.
Aplikasi android menjadi salah satu media dalam percepatan koordinasi yang
menyentuh berbagai laporan dari masyarakat.
Pro Denpasar Plus sudah menjadi media populer masyarakat Denpasar dalam
menyampaikan kritik, saran dan berbagai keluhan yang dihadapi di Kota Denpasar
dalam satu genggaman melalui hanphone android dari masalah infrastrukutr,
kebersihan, dan kesehatan. Dalam tataran kesehatan program Smart City lewat
pendekatan rujukan online dari tingkat puskesmas menuju rujukan RSUD. Wangaya.
Dibidang pendidikan langkah Smart City telah mencakup pada raport online,
absensi wajah, rumah pintar, hingga taman digital. Bidang lalulintas lewat
pemantauan kepadatan arus lalintas dengan program ATCS serta pada bidang
kebersihan dengan keterlibatan bank-bank sampah disetiap desa/kelurah yang
telah memberikan pelayanan online.
C.
Smart City di Kota Surabaya
Di masa kepemimpinan Ir.Tri Rismaharini,
M.T, Surabaya menjadi lebih asri dan tertata dengan baik dibandingkan
sebelumnya.Taman-taman kota yang dibangun Risma adalah pemugaran
taman bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one
entertainment park dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati
sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma juga
membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki
Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan PanglimaSudirman.
Di bawah kepemimpinannya, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura
yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan. Selain itu,
kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik
partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan
pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan. Dalam rilis
Pemerintah Kota Surabaya yang diterima Kompas menyebutkan dalam ajang tersebut
Surabaya meraih 3 dari 4 penghargaan yaitu Smart Governance, Smart Living dan Smart
Environment setelah menyisihkan 59 peserta lain dari 33 provinsi di Indonesia.
Perkembangan Surabaya Menuju Smart City
Kota Surabaya merupakan kota besar di Indonesia yang
memiliki permasalahan-permasalahan terkait dengan kepadatan kota, sehingga Pemerintah
Kota Surabaya ingin melakukan pembangunan dan manajemen kota yang lebih baik.
Arahan-arahan pembangunan kotanya tidak secara sengaja ingin menggunakan konsep
Smart City yang sudah ada, akan tetapi arahan pembangunan kota yang dilakukan
oleh pemerintah Kota Surabaya sesuai dengan prinsip-prinsip Smart City. Dalam
pembangunan dan pengelolaan kota dapat dilihat bahwa ada pendekatan holistik
dan pendekatan sektoral yang dilakukan sebuah kota dalam menerapkan konsep
Smart City. Pendekatan holistik berarti bahwa dilakukan pada semua dimensi
dimulai secara bersamaan, khususnya pada pemanfaatan teknologi untuk memudahkan
dan memberi kenyamanan masyarakat kota. Sedangkan pendekatan secara sektoral
dilakukan dengan fokus pada satu dimensi terlebih dahulu, misalnya dalam
manajemen limbah.
Kota Surabaya menggunakan pendekatan yang holistik
dalam pembangunan kotanya menuju Smart City. Hal ini dilihat dari
program-program pembangunannya yang pada dasarnya memang tidak berfokus pada
satu dimensi. Berdasarkan analisis deret waktu yang dilakukan, hingga
penelitian ini dilakukan ada 4 fase yang sudah dilakukan oleh Surabaya.
1.
Fase 1: Pembenahan
Internal Pemerintah (2003-2005)
Pembenahan kinerja pemerintah menjadi fokus utama. Hal
ini dilatarbelakangi oleh kondisi Kota Surabaya saat itu memang sedang dalam
krisis politik dan kinerja pegawai Pemerintah Kota yang buruk sehingga
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangat rendah. Perubahan kemudian
dimulai dengan adanya walikota baru, yaitu Bambang Dwi Hartono, yang memiliki
ambisi untuk memperbaiki kinerja pemerintah dan memiliki perhatian yang lebih
pada pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pembenahan kinerja
pemerintah ini dilakukan dengan memperbaiki skill pegawai pemerintah dan
peningkatan kinerja pemerintah dengan memanfaatkan Fase ini juga ditandai
dengan pemanfaatan TIK yang masih dominan dalam lingkup internal Pemerintah
Kota Surabaya sebagai suatu sarana membangun sistem pemerintahan yang lebih
baik. Penggunaan TIK yang masih dalam lingkup pemerintah kota ini juga yang
membedakan fase ini dengan fase
2.
Fase 2: Penguatan
Modal Sosial (2006-2008)
Pada fase 2 ini fokus dari program-program pembangunan
adalah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan penyiapan masyarakat agar
bisa memanfaatkan TIK. Selain dua fokus tersebut, program pemerintah juga
terkait pada masalah prioritas saat itu, yaitu perbaikan kondisi lingkungan
Kota Surabaya. Oleh karena itu, program-program yang dilakukan Pemerintah Kota
Surabaya yaitu 1) pembentukan kader dan fasilitator lingkungan sebagai upaya
pengembalian kepercayaan masyarakat dan upaya memperbaiki kondisi lingkungan,
2) peresmian kampung-kampung unggulan sebagai upaya mengembalikan kepercayan
masyarakat, 3) pembangunan Broadband Learning Center (BLC) untuk menyiapkan
masyarakat melek teknologi, dan 4) diseminasi informasi secara aktif kepada
masyarakat. Seiring dengan program-program tersebut, peningkatan kinerja
pemerintah juga tetap berlanjut. Berbagai sistem TIK dikembangkan di dalam
pemerintah Kota Surabaya, baik sistem untuk meningkatkan kinerja pemerintah,
maupun aplikasi yang dipersiapkan untuk pelayanan publik nantinya. Selain itu
juga pembangunan infrastruktur tetap terus dilakukan sehingga jaringan TIK bisa
mencapai level kelurahan.
3.
Fase 3: Pengembangan
Layanan Eksternal Pemerintah (2009-2010)
Fase ketiga merupakan fase yang berfokus pada
pengembangan pelayanan publik berbasis TIK ketika masyarakat sudah dianggap
lebih siap terhadap teknologi. Pemerintah Kota Surabaya berambisi untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih mudah dengan
bantuan teknologi. Pelayanan publik yang dikembangkan adalah dalam bidang
pendidikan dengan aplikasi Digischool, pelayanan akses internet gratis kepada
masyarakat, pemanfaatan media-media jejaring sosial (facebook dan twitter)
dalam mendiseminasikan informasi.
4.
Fase 4: Pengembangan
Layanan Kota Berbasis Teknologi Tinggi
Pada fase ini, Pemerintah Kota Surabaya sudah mulai
menggunakan infrastruktur-infrastruktur yang lebih canggih untuk menuju Smart
City. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya konsep Smart City yang telah
berkembang di mana terdapat penggunaan sensor-sensor dalam suatu sistem
transportasi. Hal ini mendorong Kota Surabaya untuk mengembangkan sistem
penanggulangan bencana SEARS (Surabaya Early Warning System), Sistem
transportasi cerdas ITS-ATCS, dan pengolahan sampah menjadi energi. Penggunaan
TIK juga semakin banyak dan terus dikembangkan dengan beragam aplikasi dan
layanan berbasis teknologi.
Pembangunan Kota Surabaya pada dasarnya telah mencakup
enam dimensi yang dikemukakan oleh Griffinger (2007) yaitu smart economy, smart
people, smart governance, smart mobility, smart environment, dan smart living.
Prosesnya memang bertahap, disesuaikan dengan kondisi kota saat itu sehingga
prosesnya terkesan lambat. Dari kasus Surabaya ini dimensi yang lebih dahulu
digarap adalah smart governance dan smart people yang menjadi modal dasar
pembangunan menuju Smart City.