Selasa, 01 November 2016

Implementasi Smart City di Kota Bandung, Denpasar dan Surabaya

A.   KOTA KEMBANG KOTA CERDAS
    Pemerintah Kota Bandung berupaya menyelesaikan masalah-masalah di kotanya dengan solusi yang juga kreatif yaitu menjadikan Bandung sebagai KOTA CERDAS. Dikomandoi oleh pemimpin berjiwa kreatif, Ridwan Kamil dipercaya sebagai pemimpin di Kota Kembang dan terpilih di tahun 2013. Pria yang memiliki latar belakang sebagai arsitek kelahiran kota kembang dengan prestasi kelas dunia ini. Menerapkan beberapa kebijakan dengan mensosialisasikan segala kebijakan dengan menggunakan teknologi informasi melalui media sosial, yaitu Twitter dan Facebook. Program-program yang dilakukan, antara lain:
1.      Gebrakan awal dengan mewajibkan seluruh SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah), camat dan lurah di Bandung untuk memiliki akun Twitter. Ini adalah kiat Ridwan Kamil merevolusi cara berkomunikasi antara pemerintah dan warga supaya ada saluran komunikasi langsung yang terbuka setiap saat.
2.      Kanal YouTube resmi Pemkot Bandung yang dikelola Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, menghimbau agar tiap aktivitas pemerintah diabadikan dalam wujud foto/video, misal program perbaikan jalan, penertiban lalu lintas dan razia oleh aparat bisa dilihat di akun Twitter SKPD bersangkutan ataupun melalui kanal You Tube
3.      Mendirikan ruang lingkup Smart city yang mencakup antara lain bidang transportasi, kesehatan, pendidikan, energi, e-governement, lalu lintas, e-payment, dll.
4.      Melatih jajaran aparat yang lebih smart dan tech-oriented, serta memulai inisiatif open government. Bekerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan jalur fiber opticdan bandwidth internet. Saat ini jaringan sudah terhubung ke seluruh kantor SKPD dan beberapa kamera CCTV milik Pemkot.
5.      Bandung telah mewujudkan pusat kendali kota yaitu Bandung Command Center (BCC), mencontoh kisah sukses manajemen kota Seoul, ibukota Korea Selatan. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan akses yang cepat dan efisien kepada masyarakat untuk memberikan bantuan terhadap permasalahan kota, secara 24 jam, dimana saja dalam wilayah pemerintahan Kota Bandung. Hal tersebut dimungkinkan karena di ruangan yang desainnya mirip kokpit pesawat Star Trek ini, banyak sekali data yang bisa diakses. Misalnya laporan dan opini warga dari aplikasi dan media sosial, pantauan kamera CCTV dari jalan raya, peta kondisi lalu lintas, GPS trackeruntuk melacak posisi kendaraan dinas, maupun data-data internal dari semua SKPD.

KONSEP Smart City Bandung

        Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan konsep smart city ini bertujuan untuk mempermudah segala urusan dengan dukungan konektivitas tinggi dari pemanfaatan teknologi informasi (TI).
Konsep ini, pertama kali diterapkan di ‘Kota Kembang’. Salah satu penerapan smart city adalah layanan akses internet di taman-taman kota. Fasilitas itu akan menarik warga untuk berkunjung ke taman. Dengan demikian, fungsi taman sebagai ruang publik pun akan kembali dengan sendirinya. Fasilitas serupa juga dibangun di tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja dan lainnya. Cara seperti ini akan memudahkan masyarakat dalam mengakses internet meski sedang beribadah. Selain akses penyediaan akses internet di ruang publik, pihaknya juga berencana menerbitkan kartu pintar. Kartu ini salah satunya bisa digunakan masyarakat untuk membayar tarif trasportasi seperti angkot, bus, dan lainnya.
Demi mendukung sistem pembayaran ini, pihaknya akan terlebih dulu melakukan penataan angkot. Pembangunan sektor transportasi di Kota Bandung juga ada ditunjang dengan pengadaan bus ukuran 3/4 serta Monorel. Selain itu, pihaknya juga akan menerbitkan kartu yang digunakan untuk membayar tarif parkir. Nantinya, petugas parkir akan memiliki smart phone untuk mendeteksi dan mengurangi saldo pemilik kartu tersebut.
Bandung Smart city adalah konsep sebuah kota yang memiliki koneksi terintegrasi dalam berbagai bidang hingga memberikan dampak praktis dan efisiensi dalam pengelolaan kota, dari permasalahan penanggulangan kemacetan, penumpukan sampah, perbaikan jalan rusak, mengetahui kontur tanah suatu daerah, apakah daerah tersebut cocok untuk didirikan bangunan atau sebagai lahan pertanian.

Langkah Bandung dalam Mengimplementasikan Smart City

       Saat ini, pemanfaatan teknologi informasi sudah semakin luas. Tidak lagi hanya digunakan untuk perangkat PC atau smartphone saja, teknologi informasi juga sudah mulai masuk ke berbagai sektor lainnya. Biasanya, pemanfaatan teknologi ini sering disebut dengan terminologi smart. Contohnya smart TV, smart car, smart home, dan lain sebagainya. Penggunaan kata smart menggambarkan bahwa objek tersebut terintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga bisa menjawab berbagai masalah yang ada dan melakukan lebih banyak hal untuk mendukung aktivitas penggunanya.
Tidak mau kalah, pemanfaatan sistem dan teknologi informasi pun kini sudah masuk ke ranah pemerintahan. Saat ini, teknologi informasi mulai digunakan untuk layanan perkotaan atau lebih dikenal juga dengan istilah smart city. Beberapa contoh kota yang telah menjalankan program smart city adalahAmsterdam, Barcelona, Stockholm, danSouthamptonPada tahun 2014, Frost & Sullivan mengidentifikasi delapan aspek dari smart city.
Delapan aspek tersebut yakni smart governance, smart energy, smart building, smart mobility, smart infrastructure, smart technology, smart healthcare, dan smart citizen. Kota yang pintar adalah kota yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek tersebut. Salah satu kota di Indonesia yang menjadi kandidat kuat sebagai smart citypertama di tanah air adalah Bandung.

Kota Bandung serius ingin menjadi smart city

        Di bawah kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil, kota Bandung terlihat sangat serius membawa jargon smart city. Sebenarnya proyek IT di Bandung sudah ada sejak lama. Berbagai proyek pengadaan dan pengembangan teknologi informasi sesungguhnya sudah dilakukan dari era pemerintahan sebelumnya. Dengan membawa jargon Bandung Smart City, sepertinya Ridwan Kamil tengah mencoba untuk meningkatkan kesadaran serta dukungan dari berbagai pihak terkait pentingnya smart city.
Saat ini kota Bandung memiliki Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas atau biasa disebut dengan Dewan Smart City. Dewan tersebut terdiri dari berbagai elemen yang ada di masyarakat kota Bandung maupun pemerintah kota Bandung. Beberapa nama yang terlibat adalah Ilham Habibie yang juga Ketua Pelaksana Dewan TIK Nasional, Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat yang menginisiasi Smart City Initiatives Indonesia, Budi Rahardjo dosen ITB yang juga aktif di komunitas Startup Lokal, hingga perwakilan dari komunitasstartup di Bandung yakni Yohan Totting dari Forum Web Anak Bandung (FOWAB). 
Pendekatan yang dilakukan oleh Ridwan Kamil selaku walikota memang merupakan pendekatan berbasis komunitas dan gotong royong. Banyak pihak yang diajak berkolaborasi untuk mewujudkan Bandung Smart City mulai dari komunitas, universitas, swasta, hingga negara-negara asing untuk menjadisister city atau kota yang diajak untuk menjalin kerja sama secara intensif di berbagai sektor.

Program yang sudah berjalan

      Program yang dijalankan olah kota Bandung untuk mewujudkan BandungSmart City pun sudah sangat banyak. Ada program-program yang fundamental seperti perbaikan fasilitas internet bagi seluruh kantor dinas, perapihan kabel-kabel di kota Bandung, pembentukan Dewan Smart City sebagai penasihat pemerintah kota dalam membangun smart city, dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga program populis yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi dari masyarakat seperti update harga pasar, pengawasan secara real time proyek-proyek pembangunan yang ada di kota, dan pengawasan titik-titik kemacetan yang langsung terhubung denganCommand Center. Bekerjasama dengan X-Igent, baru-baru ini pemerintah kota Bandung juga meluncurkan aplikasi mobile Panic Button untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat di kota ini.
Kombinasi program monumental dan populis dengan program pembangunan infrastruktur yang fundamental inilah yang membuat perkembangan smart citydi Bandung terbilang pesat dan positif. Secara kasat mata, masyarakat dan media bisa melihat langsung wujud dari Bandung Smart City sehingga mendapatkan dukungan yang baik. Lalu di belakang itu, pemerintah juga masih tetap membenahi berbagai sektor yang mungkin tidak terlihat tapi penting untuk kemajuan kota Bandung.

Dukungan berbagai elemen

        Kepedulian masyarakat Bandung terhadap terwujudnya Bandung Smart City terbilang sangat tinggi. Kota Bandung mendapatkan banyak sekali dukungan dan proyek kerja sama dari berbagai pihak. Insitut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, sudah menandatangani perjanjian kerja sama (MoU) untuk mendukung pembangunan Bandung Smart City bersama dengan Telkomsel pada 16 Agustus 2014 lalu.
ITB juga memiliki laboratorium Smart City and Community Innovation Center (SCCIC) yang memang mendedikasikan program-program penelitiannya untuk kemajuan kota Bandung. Salah satu contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ventje Jeremias, peneliti di Laboratorium SCCIC di bawah bimbingan Prof. Suhono Harso Supangkat yang sedang menempuh S3 di ITB.
Ventje kini tengah meneliti pemanfaatan Internet of Things yang modulnya bisa digunakan untuk middleware platform Smart City. Sederhananya, platform ini merupakan sebuah sistem software yang dapat menghubungkan dan mengintegrasikan berbagai aplikasi yang kompleks dan arsitektur yang berbeda secara bersama-sama.
Bandung Command Center yang saat ini dimiliki oleh kota Bandung juga merupakan kolaborasi dari berbagai pihak. Bandung Command Center merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah kota Bandung dengan IBM dan Lembaga Afiliasi Penelitian Industri (LAPI) ITB. Saat ini, Bandung Command Center berfungsi sebagai pusat terkumpulnya data-data terkait dengan kebutuhan Bandung Smart City. Mulai dari SKPD, data dari masyarakat, sampai data dari internal ke luar, akan dipusatkan di sini. Aplikasi Panic Button Bandung juga terhubung langsung dengan Bandung Command Center.
Tak ketinggalan, vendor asal Cina Huawei ikut mendukung program ini dengan nama Safe City yang mencakup e-government, e-ticketing dalam sistem transportasi, rumah dengan teknologi terintegrasi, dan layanan darurat lainnya.
Dukungan dari komunitas yang ada di Bandung terhadap Bandung Smart City juga bisa dibilang sangat tinggi. Contohnya adalah komunitas Code4Bandungyang dipimpin oleh Pandu Kartika. Komunitas ini berfokus mempromosikan kolaborasi masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan kota dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Program Code4Bandung sangat bervariasi, dari mulai advokasi dan pendampingan open data di pemerintah, aktivasi komunikasi dua arah masyarakat-pemerintah dengan forum dan diskusi, pembangunan aplikasi (civic technology), kampanye partisipasi publik, dan berbagai usaha lain untuk meningkatkan kolaborasi masyarakat dan pemerintah.

Tantangan yang harus dihadapi
Bagaimanapun, mewujudkan Bandung Smart City bisa dibilang bukan merupakan perkara yang mudah. Ada banyak sekali rintangan yang harus dihadapi terkait dengan banyak sektor. Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah permasalahan terkait infrastruktur, koordinasi, dan sumber daya manusia.
Terkait infrastruktur, selain dari sisi pembangunannya, masih ada banyak masalah yang perlu dibenahi. Salah satu isu yang cukup penting adalah masalah kabel yang menjadi infrastruktur komunikasi utama masyarakat yang saat ini masih berantakan. Layanan internet bagi masyarakat juga belum merata dan optimal. Padahal, infrastruktur merupakan hal yang paling fundamental karena ketika infrastruktur sudah rapi, pembangunan yang ada “di atasnya” bisa dilakukan dengan cepat.
Isu lainnya yang menjadi tantangan adalah koordinasi. Ini merupakan masalah klasik yang sering terjadi di banyak sektor, baik itu pemerintah, bisnis, akademik, maupun komunitas. Diperlukan koordinasi yang baik sehingga setiap elemen yang berpartisipasi dan berkolaborasi di dalam pembangunan Bandung Smart City bisa memberikan kontribusi yang maksimal. Untungnya, Bandung merupakan salah satu kota yang cukup terkenal dengan konsep gotong royong dan mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dengan adanya Dewan Smart City, harapannya tantangan ini bisa teratasi dengan baik.
Tantangan selanjutnya adalah masalah sumber daya manusia. Penggunaan teknologi informasi bagi generasi saat ini bisa dibilang sangatlah mudah dilakukan. Lain halnya dengan generasi sebelumnya. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk menyiapkan tidak hanya pegawai di pemerintah, tapi juga masyarakat di kota Bandung untuk bisa memahami konsepsmart city dan memanfaatkan sistem yang ada.
Semoga tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah kota Bandung, serta pihak-pihak yang mendukung proyek ini. Bandung memiliki modal yang sangat bagus untuk mewujudkan smart city di Indonesia. Didukung dengan walikota yang “melek” teknologi dan cakap dalam menjalankan tugasnya, Bandung memiliki banyak sekali komunitas baik itu komunitas IT maupun kreatif yang siap mendukung Bandung Smart City. Dari sisi edukasi, kota ini juga memiliki banyak universitas ternama yang siap mendedikasikan akademisinya untuk meneliti kota Bandung.
1.      Bandung
  • Telah terdapat 5000 wifi disetiap ruang public
  • pelayanan public lewat jaringan sosial media seperti twitter
  • setiap dinas memiliki data digital 
  • kartu parkir berbayar
  • smart goverment dengan mengupgread sistem di pemerintahan dari paper ke paperless dengan sistem informasi yang user frendly
  • Bandung akan punya kota pintar yang akan dinamai Bandung Technopolis seluas 400 hektar. Kota pintar di Gede Bage itu nantinya akan menjadi prototipe penerapan smart city di Indonesia

B.   Smart City di Kota Denpasar
Smart City Nusantara yang dibuat oleh Telkom Indonesia ditujukan kepada Pemerintah Daerah, dimana Pemerintah Daerah dapat mengembangkan serta mengimplementasikan konsep smart city secara baik dan benar namun tidak meninggalkan ciri khas daerah atau kearifan lokal dan budaya setempat.  
Berbagai permasalahan yang ada dalam tata kelola suatu kota seperti kemacetan, limbah, kriminalitas, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan yang memungkinkan turunnya kualitas kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Smart City Nusantara sebagai solusi dari Telkom Indonesia hadir untuk menciptakan kota yang cerdas. Dalam Smart City Nusantara ada tiga komponen penting yakni,
1.      Smart Connectivity
Infrastruktur dasar smart city yang menghubungkan pemerintah pusat dengan unit-unit dibawahnya seperti SKPD, Kecamatan, Kelurahan/Desa, puskesmas, dan instansi terkait lainnya.
2.      Smart Solution
Terdapat tujuh item didalamnya yakni Smart Government, Smart Environment, Smart Healt Care, Smart Transportation, Smart Education, Smart Security, dan Smart Citizen.
3.      Smart User 
Sebuah layanan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada warga masyarakat baik yang bersifat personal, publik, maupun institusi/komunitas. 
Sementara Walikota, I.B Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Kadis Kominfo Kota Denpasar, Dewa Made Agung dan Kasubag Pemberitaan Humas Setda Kota Denpasar, Dewa Gede Rai, menyambut baik program Smart City Nusantara ini. Menurut Rai Mantra dalam mengelola problematika Kota, kemajuan teknologi informasi harus terus dikembangkan, karena dengan memanfaatkan teknologi disamping dapat mempercepat pelayanan juga untuk transparansi. 
Lebih lanjut Rai Mantra mencontohkan, dalam jajaran pemerintahan pendekatan Smart City dengan memanfaatkan TIK dalam meningkatkan koordinasi dan komunikasi dari tingkat kepala dusun/kaling, hingga ditingkat SKPD Pemkot Denpasar. Aplikasi android menjadi salah satu media dalam percepatan koordinasi yang menyentuh berbagai laporan dari masyarakat. 
Pro Denpasar Plus sudah menjadi media populer masyarakat Denpasar dalam menyampaikan kritik, saran dan berbagai keluhan yang dihadapi di Kota Denpasar dalam satu genggaman melalui hanphone android dari masalah infrastrukutr, kebersihan, dan kesehatan. Dalam tataran kesehatan program Smart City lewat pendekatan rujukan online dari tingkat puskesmas menuju rujukan RSUD. Wangaya. Dibidang pendidikan langkah Smart City telah mencakup pada raport online, absensi wajah, rumah pintar, hingga taman digital. Bidang lalulintas lewat pemantauan kepadatan arus lalintas dengan program ATCS serta pada bidang kebersihan dengan keterlibatan bank-bank sampah disetiap desa/kelurah yang telah memberikan pelayanan online.


C.    Smart City di Kota Surabaya
Di masa kepemimpinan Ir.Tri Rismaharini, M.T, Surabaya menjadi lebih asri dan tertata dengan baik dibandingkan sebelumnya.Taman-taman kota yang dibangun Risma adalah pemugaran taman bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan PanglimaSudirman.
Di bawah kepemimpinannya, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan. Dalam rilis Pemerintah Kota Surabaya yang diterima Kompas menyebutkan dalam ajang tersebut Surabaya meraih 3 dari 4 penghargaan yaitu Smart Governance, Smart Living dan Smart Environment setelah menyisihkan 59 peserta lain dari 33 provinsi di Indonesia.

Perkembangan Surabaya Menuju Smart City
Kota Surabaya merupakan kota besar di Indonesia yang memiliki permasalahan-permasalahan terkait dengan kepadatan kota, sehingga Pemerintah Kota Surabaya ingin melakukan pembangunan dan manajemen kota yang lebih baik. Arahan-arahan pembangunan kotanya tidak secara sengaja ingin menggunakan konsep Smart City yang sudah ada, akan tetapi arahan pembangunan kota yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya sesuai dengan prinsip-prinsip Smart City. Dalam pembangunan dan pengelolaan kota dapat dilihat bahwa ada pendekatan holistik dan pendekatan sektoral yang dilakukan sebuah kota dalam menerapkan konsep Smart City. Pendekatan holistik berarti bahwa dilakukan pada semua dimensi dimulai secara bersamaan, khususnya pada pemanfaatan teknologi untuk memudahkan dan memberi kenyamanan masyarakat kota. Sedangkan pendekatan secara sektoral dilakukan dengan fokus pada satu dimensi terlebih dahulu, misalnya dalam manajemen limbah.
Kota Surabaya menggunakan pendekatan yang holistik dalam pembangunan kotanya menuju Smart City. Hal ini dilihat dari program-program pembangunannya yang pada dasarnya memang tidak berfokus pada satu dimensi. Berdasarkan analisis deret waktu yang dilakukan, hingga penelitian ini dilakukan ada 4 fase yang sudah dilakukan oleh Surabaya.
1.      Fase 1: Pembenahan Internal Pemerintah (2003-2005)
Pembenahan kinerja pemerintah menjadi fokus utama. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi Kota Surabaya saat itu memang sedang dalam krisis politik dan kinerja pegawai Pemerintah Kota yang buruk sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangat rendah. Perubahan kemudian dimulai dengan adanya walikota baru, yaitu Bambang Dwi Hartono, yang memiliki ambisi untuk memperbaiki kinerja pemerintah dan memiliki perhatian yang lebih pada pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pembenahan kinerja pemerintah ini dilakukan dengan memperbaiki skill pegawai pemerintah dan peningkatan kinerja pemerintah dengan memanfaatkan Fase ini juga ditandai dengan pemanfaatan TIK yang masih dominan dalam lingkup internal Pemerintah Kota Surabaya sebagai suatu sarana membangun sistem pemerintahan yang lebih baik. Penggunaan TIK yang masih dalam lingkup pemerintah kota ini juga yang membedakan fase ini dengan fase

2.      Fase 2: Penguatan Modal Sosial (2006-2008)
Pada fase 2 ini fokus dari program-program pembangunan adalah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan penyiapan masyarakat agar bisa memanfaatkan TIK. Selain dua fokus tersebut, program pemerintah juga terkait pada masalah prioritas saat itu, yaitu perbaikan kondisi lingkungan Kota Surabaya. Oleh karena itu, program-program yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya yaitu 1) pembentukan kader dan fasilitator lingkungan sebagai upaya pengembalian kepercayaan masyarakat dan upaya memperbaiki kondisi lingkungan, 2) peresmian kampung-kampung unggulan sebagai upaya mengembalikan kepercayan masyarakat, 3) pembangunan Broadband Learning Center (BLC) untuk menyiapkan masyarakat melek teknologi, dan 4) diseminasi informasi secara aktif kepada masyarakat. Seiring dengan program-program tersebut, peningkatan kinerja pemerintah juga tetap berlanjut. Berbagai sistem TIK dikembangkan di dalam pemerintah Kota Surabaya, baik sistem untuk meningkatkan kinerja pemerintah, maupun aplikasi yang dipersiapkan untuk pelayanan publik nantinya. Selain itu juga pembangunan infrastruktur tetap terus dilakukan sehingga jaringan TIK bisa mencapai level kelurahan.

3.      Fase 3: Pengembangan Layanan Eksternal Pemerintah (2009-2010)
Fase ketiga merupakan fase yang berfokus pada pengembangan pelayanan publik berbasis TIK ketika masyarakat sudah dianggap lebih siap terhadap teknologi. Pemerintah Kota Surabaya berambisi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih mudah dengan bantuan teknologi. Pelayanan publik yang dikembangkan adalah dalam bidang pendidikan dengan aplikasi Digischool, pelayanan akses internet gratis kepada masyarakat, pemanfaatan media-media jejaring sosial (facebook dan twitter) dalam mendiseminasikan informasi.

4.      Fase 4: Pengembangan Layanan Kota Berbasis Teknologi Tinggi
Pada fase ini, Pemerintah Kota Surabaya sudah mulai menggunakan infrastruktur-infrastruktur yang lebih canggih untuk menuju Smart City. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya konsep Smart City yang telah berkembang di mana terdapat penggunaan sensor-sensor dalam suatu sistem transportasi. Hal ini mendorong Kota Surabaya untuk mengembangkan sistem penanggulangan bencana SEARS (Surabaya Early Warning System), Sistem transportasi cerdas ITS-ATCS, dan pengolahan sampah menjadi energi. Penggunaan TIK juga semakin banyak dan terus dikembangkan dengan beragam aplikasi dan layanan berbasis teknologi.
Pembangunan Kota Surabaya pada dasarnya telah mencakup enam dimensi yang dikemukakan oleh Griffinger (2007) yaitu smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment, dan smart living. Prosesnya memang bertahap, disesuaikan dengan kondisi kota saat itu sehingga prosesnya terkesan lambat. Dari kasus Surabaya ini dimensi yang lebih dahulu digarap adalah smart governance dan smart people yang menjadi modal dasar pembangunan menuju Smart City.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar